Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana menambah jumlah kebun sawit hingga produksi minyak goreng ke depan. Supaya bisa mengontrol persoalan harga yang sulit diselesaikan.
Direktur Utama PTPN III Abdul Ghani, mengatakan pihaknya sedang menjalankan, ada tiga program strategis PTPN untuk mendukung program prioritas nasional. mulai dari hilirisasi sektor pangan, peremajaan sawit rakyat, hingga akselerasi terbarukan.
Khusus untuk produksi kelapa sawit dan minyak goreng pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas produksinya melalui klaster usaha Palm Co.
Dimana produksi CPO dari 2,67 juta ton menjadi 3,3 juta ton, dan produksi minyak bertambah sekitar 4 kali lipat menjadi 1,8 juta ton pada 2026 dari 460 ribu ton.
"Target kami dalam 5 tahun ke depan 1,8 juta ton atau 2 juta liter. katakanlah pemerintah butuh 2,4 juta liter minyak goreng curah kami sudah hampir 95% penuhi, ini penting bagi PTPN ketika jadi gonjang ganjing seperti ini," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (24/5/2022).
"Ketika dalam lima tahun mendatang pemerintah punya minyak goreng yang banyak maka situasinya tidak akan seperti sekarang," katanya.
Sehingga menurut Abdul Ghani pemerintah nantinya tidak lagi kesusahan untuk mengontrol industri minyak goreng seperti sekarang.
Saat ini PTPN 3 memiliki 550 hektar kebun sawit, sehingga nantinya target ke depannya PTPN III menargetkan untuk menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia.
"Kita punya ambisi jadi perusahaan sawit terbesar di dunia, dan itu tinggal sedikit lagi. karena sekarang perusahaan sawit terbesar itu 600 ribu hektar dan kita nanti sekitar 700 ribu hektar," katanya.
Selain itu, dari klasterisasi usaha gula dari Sugar Co, ditargetkan pada 2026 mendatang dapat meningkatkan produksi gula 2,5 kali lipat dari 768 ribu ton menjadi 2,1 juta ton. Sehingga menurutnya Indonesia bisa swasembada gula.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Mulai Hari Ini, Masyarakat Indonesia Dapat Migor Rp14 Ribu/L
(roy/roy)
Ini Cara Baru Anak Buah Jokowi Kontrol Harga Minyak Goreng - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment