Rechercher dans ce blog

Thursday, July 1, 2021

Lokasi Budidaya Buah-buahan yang Tersebar Masih Menjadi Kendala - kompas.id

Memuat data...

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Nanas yang telah dipetik dari perkebunan berada di pabrik pengolahan PT Great Giant Pinneapple (GGP), Lampung Tengah, Lampung, Rabu (16/6/2021). Nanas menempati posisi pertama untuk ekspor buah nasional. Sentra nanas tersebar di sejumlah provinsi, seperti Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Produk nanas kaleng PT GGP telah menembus pasar ekspor 55 negara di Eropa, Amerika, dan Asia.

JAKARTA, KOMPAS — Lokasi budidaya buah yang tidak terkonsentrasi di Indonesia menjadi kendala signifikan untuk mengembangkan sektor buah-buahan. Jarak antarperkebunan itu menyebabkan penyerapan komoditas, terutama untuk ekspor, tak optimal.

Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto di Jakarta pada pertengahan Juni 2021, perkebunan buah yang tak terpadu turut berdampak terhadap permintaan ekspor yang belum semuanya dapat dipenuhi.

Beragam kendala berikut potensi buah-buahan mendorong Kompas mengadakan Jelajah Buah Nusantara. Hasil liputan dengan tulisan-tulisan komprehensif itu akan ditayangkan pada Minggu (4/7/2021) sekaligus untuk memperingati Hari Buah Internasional yang jatuh pada 1 Juli kemarin.

Prihasto berkali-kali didatangi pelaku ekspor yang mengeluhkan sulitnya mencari buah tertentu. Mereka yang ingin mengekspor datang ke kabupaten penghasil buah itu. ”Kalau pelaku usaha mencari alpukat satu kontainer dalam seminggu, umpamanya, susah minta ampun,” katanya.

Buah memang tersedia, tetapi harus dikumpulkan karena perkebunannya terlalu menyebar luas. Jika buah tak ditanam secara terkonsentrasi, kontinuitas dan rasanya pun belum tentu seragam. Biaya untuk mengumpulkan buah di desa atau kecamatan yang berbeda-beda juga cukup besar.

”Pengembangan buah-buahan harus terkonsentrasi. Pemecahan masalah tersebut diupayakan dengan kampung hortikultura,” ucapnya. Kampung yang terdiri dari perkebunan sayuran, buah-buahan, tanaman obat, dan florikultura tersebut juga bertujuan menggenjot produksi.

Memuat data...

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pekerja mengambil pisang dari bak pencucian di rumah pengemasan pisang PT Great Giant Pinneapple (GGP), Lampung Tengah, Lampung, Rabu (16/6/2021). Pasar ekspor pisang antara lain Singapura, Korea Selatan, China, Turki, dan Timur Tengah. PT GGP mengelola sekitar 32.000 hektar perkebunan aneka buah, seperti nanas, pisang, pepaya, dan jambu.

”Pada 2021, sebanyak 782 kampung buah-buahan diinisiasi. Terdiri dari durian, alpukat, lengkeng, manggis, mangga, jeruk, dan pisang,” katanya. Pada 2022, Kementan akan meningkatkan jumlah itu menjadi sekitar 1.000 kampung buah-buahan.

”Pada tahun ini, kami pun menyiapkan 200 rumah pengemasan dan 200 pengolahan buah-buahan yang tersebar di sekitar kampung itu,” ucapnya. Petani kampung itu dibantu, antara lain, dengan bibit, benih, hingga sarana pengendalian hama dan penyakit. Luas lahan di setiap kampung sekitar 10 hektar.

Kementan juga memberlakukan registrasi untuk mencatat lokasi, jenis, dan jumlah buah yang tersedia. Pendataan itu didukung Indonesian Map of Fruit Center atau I-Mofc, platform aplikasi sentra buah berbasis Android yang menghubungkan petani dengan eksportir dan konsumen.

Kerja sama

Direktur Corporate Affairs PT Great Giant Pineapple Welly Soegiono membenarkan lokasi perkebunan yang tak terkonsentrasi masih menjadi kendala. Perkebunan buah itu umumnya tersebar sehingga keseragaman rasa, ukuran, fisik, dan budidaya belum mudah untuk direalisasikan.

Welly menjelaskan, kerja samanya dengan petani lokal mampu menghasilkan produk yang diekspor. Program itu sekaligus merealisasikan pemecahan masalah konsentrasi dengan perkebunan pisang di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Komoditas itu dibudidayakan di dataran tinggi.

Memuat data...

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Operator forklift memindahkan tumpukan nanas kaleng di Departemen Pengemasan dan Pelabelan PT Great Giant Pinneapple (GGP), Lampung Tengah, Lampung, Rabu (16/6/2021). Nanas menempati posisi pertama untuk ekspor buah nasional. Sentra nanas tersebar di sejumlah provinsi, seperti Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Produk nanas kaleng PT GGP telah menembus pasar ekspor 55 negara di Eropa, Amerika dan Asia.

”Disertai peningkatan kapasitas dan pendampingan petani sehingga cita rasa buahnya khas. Buah yang diekspor langsung dari petani 100 persen,” ucapnya. Kemitraan yang disebut creating shared value itu bertujuan mengaplikasikan pertanian yang baik (good agriculture practices).

Welly juga mengungkapkan kendala ekspor nanas ke China. Upaya menembus negara itu sudah dilakukan sejak 2015. Perundingan kedua negara harus lebih intens. ”Saat pandemi, ekspor bisa mendukung petani, tapi pasar harus dibuka dulu,” katanya.

Menurut Ketua Komite Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri Indonesia Karen Tambayong, peningkatan produksi program kampung buah dapat memenuhi kebutuhan skala rumah tangga hingga kabupaten.

Namun, apabila peningkatan produksi berorientasi pada kenaikan ekspor, pengembangan buah-buahan mesti berada di skala kawasan atau orchard agar efisiensi dan efektivitas pengelolaan, seperti pengendalian kualitas, penanggulangan hama, hingga pengemasan dapat bermuara pada produk yang harganya berdaya saing.

”Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, nilai impor buah-buahan pada 2020 sebesar Rp 18,43 triliun, sedangkan ekspornya Rp 13,5 triliun. Artinya, masih defisit. Di tengah pandemi yang memicu kenaikan kebutuhan masyarakat terhadap buah-buahan, Indonesia mesti mampu memenuhinya dari dalam negeri,” ujarnya.

Adblock test (Why?)


Lokasi Budidaya Buah-buahan yang Tersebar Masih Menjadi Kendala - kompas.id
Read More

No comments:

Post a Comment

Anak Buah SBY Bawa Pesan Jelang Anas Urbaningrum Bebas: Mulailah Hidup Baru yang Lebih Baik - Tribun Bali

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) di Partai Demokrat , Andi Arief memberikan pesan khusus pada Anas...