Rechercher dans ce blog

Friday, February 17, 2023

Buah Matoa Dari Gua Selarong Bantul | Jubi.id - JUBI ID

Jayapura, Jubi – Pagi itu, Kamis (17/2/2023), jurnalis Jubi.id berjalan kaki menuju Gua Selarong, Bantul dari homestay Astuti sejauh sekitar 2 Km.

“Lumayan jauh,” kata Pemimpin Redaksi Jubi.id, Jean Bisay.

Ibu Pardila, istri dari Pak Walidi, pemilik pohon buah matoa di kediaman pribadinya sedang menyapu daun-daun matoa yang jatuh berguguran.

Dari gerbang pintu masuk ke Gua Selarong, sekitar 500 meter menuju bukit gua itu merupakan tempat yang sering dikunjungi Pangeran Diponegoro pada 1765-1855. Saat hendak masuk ke lokasi wisata goa Selarong, tampak lima pohon matoa yang ditanam warga Kampung Selarong.

“Sudah lima tahun usia pohon matoa ini,” kata pemiliknya Bapak Walidi kepada Jubi.id, Kamis (17/2/2023) pagi.

Dia mengaku tak mengetahui kalau asal buah Matoa ini dari Papua.

“Sudah seringkali berbuah, setahun dua kali panen,” kata Walidi seraya menambahkan ada dua jenis yang ditanam.

“Ada yang ngelontok [mudah terlepas dari bijinya] dan menempel,” katanya.

Dia menambahkan kalau panen, biasanya warga Kampung Selarong juga ikut menikmati gurihnya buah matoa.

”Memang ada yang pesan buah ini tetapi dari Jakarta melalui online,” katanya.

Menurut ayah dari tiga putra yang sudah dewasa ini, buah ini dibeli dalam bentuk biji di Kota Yogya sekilo Rp30 ribu untuk menjadi bibit.

“Dari bibit sekilo itu yang jadi pohon hanya lima pohon saja,” katanya seraya menambahkan harga sekilo buah matoa dijualnya seharga Rp30 ribu dalam pesanan online belum termasuk ongkos kirim.

Istrinya Pak Walidi, Bu Pardilah mengambil sebiji buah matoa yang jatuh, karena semalam dimakan kelelawar.

buah matoa
Pak Walidi di pintu masuk rumahnya di Desa Selarong, Dukuh Kembangputihan Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY Yogyakarta. – Jubi/Dominggus Mampioper

Matoa atau nama Latin-nya Pometia Pinnata, dikenal sebagai tanaman buah khas Papua. Pohon matoa tergolong besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dan berdiameter rata-rata maksimum 100 cm. Berbuah dua kali dalam setahun, antara bulan Juli sampai Oktober. Berbeda dengan buah matoa di Gua Selarong milik Pak Walidi, sebanyak dua kali panen sekali dan Desember sampai Februari sudah berbuah.

Di Papua dikenal ada dua jenis matoa, yaitu matoa kelapa dan matoa papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya. Matoa kelapa dicirikan dengan daging buah yang kenyal seperti rambutan Aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm.

Sementara itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP] Papua menyebut masyarakat Papua membedakan matoa berdasarkan tekstur buah/salut biji [arillus]. Matoa kelapa memiliki salut biji yang kenyal, menyerupai selaput bagian dalam kelapa muda serta mudah lepas dari biji dengan diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,4 cm.

Lebih lanjut menurut BPTP Papua, matoa papeda memiliki salut biji yang lembek menyerupai kekenyalan dari papeda, yaitu makanan khas orang Papua yang terbuat dari pati sagu, dan lengket dengan diameter 1,4-2,0 cm.

Selain itu, BPTP Papua menyebutkan bahwa matoa juga dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan warna kulit buahnya, yaitu Emme Bhanggahe [matoa kulit merah], Emme Anokhong [matoa kulit hijau], dan Emme Khabhelaw [matoa kulit kuning].

Matoa papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Tanaman ini mudah beraptasi dengan kondisi panas maupun dingin. Pohon ini juga tahan terhadap serangga, yang pada umumnya merusak buah. (*)

banner 400x130

Adblock test (Why?)


Buah Matoa Dari Gua Selarong Bantul | Jubi.id - JUBI ID
Read More

No comments:

Post a Comment

Anak Buah SBY Bawa Pesan Jelang Anas Urbaningrum Bebas: Mulailah Hidup Baru yang Lebih Baik - Tribun Bali

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) di Partai Demokrat , Andi Arief memberikan pesan khusus pada Anas...