Rechercher dans ce blog

Saturday, July 3, 2021

Eksotika Buah Nusantara - kompas.id

Memuat data...

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Nanas yang telah dipetik dipindahkan ke truk pengangkut untuk dibawa ke pabrik dari perkebunan PT Great Giant Pinneapple (GGP), Lampung Tengah, Lampung, Rabu (16/6/2021). Nanas menempati posisi pertama untuk ekspor buah nasional. Sentra nanas tersebar di sejumlah provinsi, seperti Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Produk nanas kaleng PT GGP telah menembus pasar ekspor 55 negara di Eropa, Amerika, dan Asia.

Pepaya, mangga, pisang, jambu

Dibawa dari Pasar Minggu

Di sini banyak penjualnya

Di sana banyak pembelinya

(Bing Slamet, 1962)

Demikian penggalan lagu ”Pepaya Mangga Pisang Jambu” dalam buku Pasar Minggu Tempo Doeloe: Dinamika Sosial Ekonomi Petani Buah 1921-1966 yang ditulis Asep Suryana terbitan LIPI Press tahun 2012.

Terdengar sepele mungkin. Boleh jadi karya itu dianggap sekadar lagu anak. Kenyataannya, nyanyian tersebut punya makna jauh lebih dalam mengenai rekaman sosial tentang jayanya Pasar Minggu, Jakarta. Pertanian buah era 1950-1966 meluas di Pasar Minggu.

Dituturkan pula buah-buahan yang dijual dari besar, warna, dan rasanya tak sama. Tentu saja, harga buah rendah. Buah-buahan itu juga tak dapat dijual di luar negeri seperti Singapura. Dalam buku itu juga dijelaskan, majalah Pandji Poestaka nomor 59 tahun 1933 memuat ulasan hasil perkebunan yang berpeluang ditingkatkan hingga berkali-kali lipat.

Sinkron dengan kondisi terkini. Pasar Minggu merepresentasikan Indonesia soal centang perenang buah-buahan. Betapa sejak masa kolonialisme, pemangku kepentingan masih saja berkutat soal Indonesia yang sarat akan peluang untuk mengembangkan sektor itu sekaligus kendalanya.

Memuat data...

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menata semangka asal Lampung yang baru tiba di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (30/6/2021). Harga melon di tingkat grosir di pasar tersebut berkisar Rp 4.000 per kilogram hingga Rp 5.500 per kilogram tergantung ukuran.

Pendiri dan Chief Executive Officer PT Nusantara Segar Global (NSG), Margareta Astama, memaparkan presentasinya menegaskan eksotisme buah-buahan Nusantara. ”Latar kami memulai ekspor adalah data tahun 2014 mengenai eksportir dan produsen buah-buahan eksotis dunia,” katanya.

Data itu mencantumkan Indonesia sebagai produsen buah eksotis ketiga terbesar di dunia. Mirisnya, Indonesia tak tercantum dalam 10 besar eksportir. Malah, kalah dengan negara-negara seperti Peru, Belgia, dan Meksiko yang produksinya di bawah Indonesia.

”Buah-buah segar yang menarik diproduksi di Indonesia, seperti alpukat, jambu, durian, mangga, nanas, dan pepaya,” kata Margareta. Buah-buahan itu bahkan berlimpah di Tanah Air. Kendalanya, penerapan metode pertanian umumnya masih konvensional.

”Mungkin karena Indonesia subur, lempar biji pun tumbuh. Perawatan pun tak optimal. Produksi besar, tetapi kuantitas yang berkriteria ekspor amat rendah,” katanya. Padahal, potensi Indonesia luar biasa. Kuncinya, wilayah yang sangat luas dan punya produk unggulan sepanjang tahun.

Memuat data...

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS

Pekerja membongkar buah-buahan di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Kamis (10/6/2021).

Chief Operating Officer TaniHub Group Sariyo juga mengungkapkan potensi pasar buah-buahan di Indonesia yang amat besar. ”Populasi sekitar 270 juta jiwa. Mayoritas muda sehingga permintaan pangan selalu meningkat,” ujarnya.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Rahmat Budiarto, mengatakan, ia bersama dosen Politeknik Negeri Jember, Dian Galuh Pratita, telah melakukan penelitian berjudul ”Kinerja Ekspor Jeruk Indonesia (2010-2020)”. Riset itu menggunakan data sekunder dari International Trade Center.

”Ruang lingkupnya lemon dan nipis. Hasilnya, di ASEAN, Indonesia masuk lima besar eksportir jeruk itu. Tren daya saingnya naik selama dua tahun terakhir,” katanya. Kendati demikian, Indonesia masih dalam tahap pengenalan ekspor ke pasar dunia. Posisi tersebut kalah dengan Vietnam yang sudah masuk tahap kematangan.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengungkapkan, besarnya potensi buah-buahan Nusantara ditunjukkan dengan variasi yang begitu banyak. Alpukat saja terdiri atas lebih dari 20 varietas.

”Buah-buahan yang kami kembangkan budidayanya cukup banyak dengan fokus pasar ekspor, yaitu durian, jeruk, mangga, alpukat, lengkeng, manggis, dan pisang,” katanya. Peluang itu juga diindikasikan dengan nilai ekspor buah-buahan yang meningkat sebesar 282 juta dollar AS pada tahun 2019 menjadi 389 juta dollar AS pada tahun 2020.

Belum memadai

Potensi demikian besar, tetapi konsumsi jauh dari memadai menimbulkan ironi. Menurut Badan Pusat Statistik, pada Maret 2020, konsumsi buah nasional per kapita sehari sebesar 88,56 gram. Sementara takaran ideal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 150 gram per kapita per hari.

Pandemi nyatanya tak meningkatkan konsumsi buah hingga taraf memadai. Padahal, buah-buahan dapat meningkatkan imunitas.

Hal tersebut tergambar dari survei daring yang dilakukan tim peneliti dari Puslitbang Hortikultura Balitbang Pertanian Kementerian Pertanian. Penelitian tersebut dilakukan melalui media sosial pada 1-4 Mei 2020 dan melibatkan 837 responden.

Survei tersebut menunjukkan 99,64 persen responden percaya mengonsumsi buah-buahan dapat meningkatkan imunitas. Namun, hanya 39,28 persen responden yang akhirnya meningkatkan konsumsi buah saat pandemi. Sebanyak 48,02 persen menyatakan konsumsi buah tak berubah dan 12,69 persen lainnya justru menurun.

Memuat data...

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (BALITBANGTAN) KEMENTERIAN PERTANIAN

Konsumsi buah selama pandemi

Peneliti Puslitbang Hortikultura, Adhitya Marendra Kiloes, menyampaikan, konsumsi buah yang tak meningkat signifikan bisa disebabkan masyarakat belum merasa buah sebagai kebutuhan pokok.

Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayuli menuturkan, buah berkontribusi besar sebagai sumber serat yang diperlukan tubuh. Dalam sehari, tubuh setidaknya memerlukan asupan serat 25-30 gram. Kebutuhan konsumsi buah akan semakin meningkat jika seseorang sedang sakit dan tubuh kehilangan mikronutrien. Untuk mengganti mikronutrien, buah menjadi alternatif yang baik.

Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan panduan gizi seimbang saat pandemi. Bahkan, sebelum pandemi, panduan gizi seimbang sudah sering digemakan melalui konsep ”Isi Piringku”.

Tim Ahli Subdirektorat Pengelolaan Konsumsi Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Dewi Astuti menyampaikan, promosi dan kampanye pemenuhan gizi seimbang selama masa pandemi semakin ditingkatkan. Konsumsi buah termasuk dalam kampanye yang juga dilakukan.

Adblock test (Why?)


Eksotika Buah Nusantara - kompas.id
Read More

No comments:

Post a Comment

Anak Buah SBY Bawa Pesan Jelang Anas Urbaningrum Bebas: Mulailah Hidup Baru yang Lebih Baik - Tribun Bali

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) di Partai Demokrat , Andi Arief memberikan pesan khusus pada Anas...