Rechercher dans ce blog

Thursday, June 2, 2022

Jualan Buah dengan Pelaris Sabu-Sabu - Radar Kediri

Lapak buah Boscu di Kecamatan Nganjuk selalu ramai pembeli. Padahal, buah yang dijual tidak komplet. Dagangannya juga tidak banyak. Namun, pembeli yang datang seperti tidak ada habisnya. Sesekali Boscu berteriak menawarkan dagangannya. “Buah segar…Buah segar…Buah segar…,” teriak Boscu.
Anehnya, pembeli buah di lapak Boscu ini mayoritas adalah lelaki. Hampir tidak ada ibu-ibu yang mampir ke lapaknya. Karena buah tidak komplet dan harganya yang mahal, jadi alasan emak-emak enggan mampir. Namun, tidak demikian dengan bapak-bapak. Dia rela membeli buah di lapak Boscu.
Kondisi ini membuat warga curiga. Mereka mulai menyelidiki Boscu. Mulai dari buah dagangannya yang dicek, harga hingga adalah pelarisnya. Ternyata, Boscu menggunakan pelaris. Bukan jampi-jampi, sesajen, atau ritual khusus. Namun, Boscu menjual buah plus sabu-sabu. Bubuk kristal itu menjadi magnet bagi pecandu narkoba.
Karena itu, warga akhirnya melaporkan penyelidikannya ke polisi. Mendapat informasi itu, polisi segera menggerebek Boscu. Tak menyadari akan digerebek, Boscu tenang-tenang saja saat polisi datang.
Dia bahkan menawarkan buah plus pelarisnya. Saat SS dikeluarkan, petugas meringkusnya. Boscu tak bisa lagi mengelak. Dia juga tak sempat kabur. Tangannya langsung diborgol. Lehernya dipiteng. Boscu menangis. Memohon ampun. Dia mengaku kapok. “Ampun Pak Polisi,” ujar Boscu memohon ampunan.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Tidak mungkin kembali menjadi nasi. Apalagi, kembali jadi beras. Boscu tetap digelandang ke tahanan Mapolres Nganjuk.
Boscu harus menjalani interogasi. Dia dicecar pertanyaan. Mulai dari asal-usul SS, alasan mengedarkan SS, hingga keuntungan menjadi pengedar SS. Semua pertanyaan dijawab Boscu. Walaupun sebenarnya, dia juga takut berterus terang. Khawatir bandar SS akan marah besar. Namun, Boscu juga takut mendekam di penjara terlalu lama. Karena itu, dia akhirnya mengaku dari mana dia mendapatkan SS.
Di penjara, Boscu menangis setiap malam. Dia bersedih. Karena selama ini, dia tidak pernah berpikir akan masuk penjara karena pelaris SS. “Kalau tahu begini. Biar jual buah tidak laku, saya akan terima,” ujarnya.

Reporter: Karen Wibi

Lapak buah Boscu di Kecamatan Nganjuk selalu ramai pembeli. Padahal, buah yang dijual tidak komplet. Dagangannya juga tidak banyak. Namun, pembeli yang datang seperti tidak ada habisnya. Sesekali Boscu berteriak menawarkan dagangannya. “Buah segar…Buah segar…Buah segar…,” teriak Boscu.
Anehnya, pembeli buah di lapak Boscu ini mayoritas adalah lelaki. Hampir tidak ada ibu-ibu yang mampir ke lapaknya. Karena buah tidak komplet dan harganya yang mahal, jadi alasan emak-emak enggan mampir. Namun, tidak demikian dengan bapak-bapak. Dia rela membeli buah di lapak Boscu.
Kondisi ini membuat warga curiga. Mereka mulai menyelidiki Boscu. Mulai dari buah dagangannya yang dicek, harga hingga adalah pelarisnya. Ternyata, Boscu menggunakan pelaris. Bukan jampi-jampi, sesajen, atau ritual khusus. Namun, Boscu menjual buah plus sabu-sabu. Bubuk kristal itu menjadi magnet bagi pecandu narkoba.
Karena itu, warga akhirnya melaporkan penyelidikannya ke polisi. Mendapat informasi itu, polisi segera menggerebek Boscu. Tak menyadari akan digerebek, Boscu tenang-tenang saja saat polisi datang.
Dia bahkan menawarkan buah plus pelarisnya. Saat SS dikeluarkan, petugas meringkusnya. Boscu tak bisa lagi mengelak. Dia juga tak sempat kabur. Tangannya langsung diborgol. Lehernya dipiteng. Boscu menangis. Memohon ampun. Dia mengaku kapok. “Ampun Pak Polisi,” ujar Boscu memohon ampunan.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Tidak mungkin kembali menjadi nasi. Apalagi, kembali jadi beras. Boscu tetap digelandang ke tahanan Mapolres Nganjuk.
Boscu harus menjalani interogasi. Dia dicecar pertanyaan. Mulai dari asal-usul SS, alasan mengedarkan SS, hingga keuntungan menjadi pengedar SS. Semua pertanyaan dijawab Boscu. Walaupun sebenarnya, dia juga takut berterus terang. Khawatir bandar SS akan marah besar. Namun, Boscu juga takut mendekam di penjara terlalu lama. Karena itu, dia akhirnya mengaku dari mana dia mendapatkan SS.
Di penjara, Boscu menangis setiap malam. Dia bersedih. Karena selama ini, dia tidak pernah berpikir akan masuk penjara karena pelaris SS. “Kalau tahu begini. Biar jual buah tidak laku, saya akan terima,” ujarnya.

Reporter: Karen Wibi

Adblock test (Why?)


Jualan Buah dengan Pelaris Sabu-Sabu - Radar Kediri
Read More

No comments:

Post a Comment

Anak Buah SBY Bawa Pesan Jelang Anas Urbaningrum Bebas: Mulailah Hidup Baru yang Lebih Baik - Tribun Bali

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) di Partai Demokrat , Andi Arief memberikan pesan khusus pada Anas...